TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
February 13, 2016

Ota, bagian kosa kata bahasa minangkabau yang diterjemahkan sebagai “omong besar” atau “omong kosong” dalam bahasa Indonesia (Kamus Bahasa Minangkabau-Indonesia, Balai Bahasa Padang 2012). Ota dalam pengembangan kata-nya dapat dimaknai dalam konotasi berbeda, misalnya maota yang berarti mengobrol, atau paota yang berarti orang yang suka bercerita. Selain itu ota dalam saota dapat dimaknai sebagai orang-orang yang sama sifat dan perangainya.

Ota merupakan bentuk komunikasi berupa percakapan santai tanpa pokok pembicaraan tertentu. Disadari atau tidak, ota memiliki peran besar dalam pola interaksi masyarakat sosial minangkabau sebagai metode pertukaran informasi dan transfer ilmu pengetahuan. Dalam sebuah keluarga minangkabau misalnya, mamak mengajari kamanakan-nya dengan metode lisan dan praktek adat secara langsung dalam kehidupan sehari-hari. Pengajaran itu biasanya dilakukan pada malam hari ketika mamak dan kemenakan duduk bersama untuk mempersiapkan kemenakan sebagai calon penghulu ataupun calon perantau. Ternyata ota telah berperan besar sebagai metode transfer ilmu dalam proses pendidikan informal itu. Selain itu dalam interaksi antar anggota masyarakat, ota dapat terjadi dimana saja dan kapan saja setiap ada kesempatan di sela-sela aktifitas. Ota dapat menjadi sarana pertukaran informasi yang berdampak pada perkembangan masyarakat, atau jalan menemukan titik temu permasalahan dan ide-ide baru, serta meningkatkan solidaritas dan rasa persatuan dalam masyarakat. Lahirnya tokoh-tokoh besar urang awak dalam sejarah bangsa Indonesia, baik yang mencicipi pendidikan formal maupun tidak, tentu saja tak lepas dari ota dalam pengembangan diri di setiap fase mereka berproses. Barangkali ota tidak pernah dibahas sebagai salah satu tradisi lisan minangkabau. Walaupun demikian mengacu pada pelaksanaan praktek adat dan stabilitas kehidupan masyarakat minangkabau dulu, proses pendidikan dan pengembangan masyarakat dengan metode ota ini dinilai efektif, bisa jadi karena praktiknya yang santai tanpa tekanan atau paksaan.

Mencoba menghubungkan ota dengan perkembangan masyarakat yang mengelompok dalam bidang-bidang kehidupan seperti seni, timbul suatu pertanyaan, apa yang akan dilahirkan dari ota sekumpulan seniman? Seniman-seniman, salah satu contoh kelompok masyarakat saota, mungkin tidak akan membahas begitu jauh dari ihwal kesenian dalam ota. Bisa jadi perkembangan kesenian, pergerakan dan aktifitas kelompok seni, proses berkarya, atau wacana-wacana kekinian sebagai bahan ramu untuk berkarya. Dengan landasan kreatifitas dan imajinasi, begitu banyak ide-ide baru yang membangun, dan hal-hal yang awalnya sulit menjadi mungkin dalam ota sekumpulan seniman. Diluar itu, dalam hal kekaryaan, pesan yang disampaikan seniman melalui karyanya serta respon balik berupa apresiasi publik bisa jadi dapat dikatakan salah satu bentuk ota karena “percakapan” itu terjadi dengan santai, tanpa tekanan atau paksaan, serta tidak terikat tempat dan waktu.

Ladang Rupa sebagai salah satu motor penggerak aktifitas berkesenian di Kota Bukittinggi berusaha membangun iklim berkesenian yang baik bagi perkembangan kesenian kedepan. Berangkat dari ihwal ota, Ladang Rupa bermaksud menciptakan sarana terjadinya ota yang membangun sebuah pertemuan seniman, perupa, dan masyarakat seni minangkabau. Sarana itu dikemas dalam sebuah kegiatan kemping bertajuk “O.T.A – Obrolan Tentang Art” yang diikuti oleh seniman, perupa, mahasiswa, dan penggiat seni yang tergabung dalam beberapa kelompok seni di Sumatera Barat.

Kemping O.T.A- Obrolan Tentang Art berlangsung dari tanggal 22 – 24 Januari 2016 di Benteng Fort De Kock Bukittinggi. Kegiatan kemping diisi dengan aktifitas berkarya seluruh seniman peserta kemping, pameran seni rupa, dan berbagai rangkaian acara diskusi, workshop, pemutaran film dan pertunjukan musik.

Di samping mempererat silaturrahmi, O.T.A – Obrolan Tentang Art diharapkan dapat meningkatkan peluang terjadinya ota yang lebih intens dalam sebuah area camp dan kurun waktu pertemuan yang relatif lama (tiga hari)serta suasana yang akrab, santai dan menyenangkan. Ota-ota itu diharapkan dapat melahirkan ide-ide dan gagasan baru demi terciptanya iklim berkesenian untuk perkembangan kesenian yang lebih baik di masa yang akan datang.

Categories: catatan program