Pasar yang Gelisah
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
DI era 1990-an, kita belum mengenal permainan modern seperti Playstation, online game, internet, dan komputer. Anak-anak juga belum mengenal ponsel, apalagi smartphone. Televisi pun masih hitam putih. Pilihan anak-anak saat itu adalah bermain bebas di luar bersama teman- teman dan berinteraksi satu sama lain. Anak-anak saat itu barangkali cuma mengenal permainan lore, layang-layang, gambar-gambar, semba lakon, sipak tekong, lompat tali, dan beberapa permainan tradisional lain. Saya sebagai generasi 90-an tentu merasakan dan mengalami beberapa permainan tersebut. Apa pun bisa dijadikan permainan, entah itu tebak-tebakan, lari- larian, lompat-lompatan dan sebagainya. Jika diingat kembali betapa bahagianya berkumpul setiap sore bersama teman-teman sewaktu dulu.
Selalu menarik jika kita mengkaji tentang konsep kebahagiaan. Bisa dikatakan bahwa kebahagiaan tidak terletak secara objektif pada sebuah objek di luar diri manusia, akan tetapi diri kitalah yang memberi makna pada objek itu sebagai sebuah perwujudan kebahagiaan. Dengan kata lain, kebahagiaan merupakan rasa yang dihasilkan dari kesuksesan kita dalam mengidealkan keadaan atau kondisi hidup yang mempunyai kekurangan. Rasa itu merupakan suatu perasaan senang, puas, gembira, yang kerap orang yakini untuk timbul terus secara konstan dalam dirinya. Artinya, kebahagiaan dianggap sebagai suatu kondisi di mana perasaan positif muncul secara terus-menerus, tanpa intervensi dari perasaan negatif. Menemukan kebahagian adalah sesuatu yang ingin digapai oleh semua orang.
Salah satu cara untuk mendapatkan kebahagiaan tak lepas dari kegiatan bermain. Bermain mampu mengungkap memori kebahagiaan di masa lalu. Bermain adalah satu-satunya cara yang bisa ‘mengubah’ fungsi benda apa pun. Sebagai contoh dalam permainan tradisional sipak tekong, sebuah kaleng bekas bisa dijadikan sebuah permainan yang bisa dimainkan bersama ketika tidak mampu membeli sebuah bola dikarenakan kondisi ekonomi yang terbatas. Bola juga bisa diganti dengan karet yang digulung berlapis-lapis pada kertas yang bulat.Bermain bisa melupakan tekanan hidup walau hanya bersifat sementara. Bermain membantu kita untuk melihat detail di lingkungan sekitar dan menjadi stimulan kesadaran realitas sosial. Bisa dikatakan bermain adalah satu bentuk evolusi dari realitas manusia itu sendiri. Meski zaman berubah kegiatan bermain akan selalu ada. Bermain membutuhkan waktu dan kualitas agar kebahagiaan itu bisa maksimal, tetapi hal itu sangat sulit didapatkan pada periode saat ini dikarenakan mobilitas yang semakin sibuk terutama di wilayah urban.
Pada masa kecil bermain terasa sangat mudah. Sangat gampang untuk mengajak temansebaya berkumpul di halaman rumah, lapangan, dan tempat lainnya, memanfaatkan apa sajauntuk bermain dan bergurau. Ternyata saat ini permainan juga telah berubah. Salah satunya melakukan segala cara untuk meraih kemenangan, padahal seperti yang kita ketahui permainan merupakan cara kita untuk belajar untuk menghargai teman sebaya, belajar sportif, berkumpul
tanpa ada embel-embel yang lain, tujuannya hanya bermain dan bersenang-senang.
Ada sejuta alasan orang untuk bermain. Melepas ketegangan, meraih kemenangan, meraih keuntungan, bahkan hingga perjudian. Permainan pun menjadi terlalu serius, begitu juga orangorang yang menjadi bagian dari permainan itu sendiri. Saat Piala Dunia 2010, seekor gurita yang diberi nama Paul bahkan ikut menentukan kemenangan dari suatu permainan bola—siapa yang sebenarnya sedang bermain? Ditambah lagi dengan perkembangan teknologi dan industrialisasi alat-alat permainan, sehingga permainan menjadi terpola/ kaku dan tidak fleksibel seperti
permainan tradisional yang bisa adaptif terhadap kondisi, sementara permainan sekarang sudah terperangkap dengan tools, media, dan lainnya.
Berangkat dari permainan saat ini, yang lebih mengutamakan kecanggihan teknologi, tentu ini menjadi perhatian khusus bagi Forum Studi Ladang Rupa terhadap perkembangan anak usia dini dan remaja. Kerap menjadi perbandingan antara permainan dulu dan kini. Saat ini kita mungkin tidak kaget melihat anak umur empat tahun merengek jika tidak memegang handphone. Ini adalah satu dari sekian alasan permainan tradisional mulai ditinggalkan, sehingga anak tidak lagi merasakan pengalaman menginjak tanah, melompat, berlari, dan lainnya. Kita perlu tahu bahwa pengaruh penggunaan gadget pada anak-anak dapat memberikan dampak yang positif sekaligus negatif. Anak yang terbiasa dengan smartphone barangkali lebih mampu untuk tetap berhubungan dengan teman-temannya, tetapi juga rentan mengalami kecanduan digital serta perundungan online. Lebih lanjut, dikarenakan arus informasi yang terlalu banyak membuat anak-anak menjadi tidak fokus dan konsentrasi dengan realitas yang ada di sekitarnya, ditambah lagi jika tanpa adanya filter informasi, baik dari orang tua atau dari aplikasi di smartphone itu sendiri. Hal itulah yang kemudian melatarbelakangi projek “Bamain Bagurau” dari Kelas Lasuah.
Kelas Lasuah adalah sebuah platform belajar yang digagas Forum Studi Ladang Rupa dalam mengembangkan praktek literasi, seni, dan media kreatif berbasis komunitas, dalam membaca perkembangan kultur lokal. Program ini mengajak para seniman, penulis, peneliti, pegiat komunitas, dari beragam latar disiplin ilmu untuk mengarsipkan dan memetakan isu-isu lingkungan di lingkup lokal, melalui kegiatan lokakarya dan kolaborasi, dengan tetap sadar akan sejarah kebudayaan lokal dan perkembangan kontemporernya. Dalam presentasi publik Kelas Lasuah kali ini yang bertajuk “Bamain Bagurau’’, para partisipan yang terlibat diajak untuk mengikuti lokakarya danberkolaborasimemproduksi karya teks, gambar, dan audio visual. Konten pameran ini bukan merupakan hasil akhir, melainkan sebuah gambaran awal dari persoalan yang telah dibingkai oleh Masnur Al Shaleh, Riyan Patrio, Dini Triadi, Muhammada Fadli, Andriyan Putra, Beny Saputra, Bayu Rahmad Trisya, dan Ade Syukri Kurniawan pada Agustus 2023.
Projek ini secara khusus membaca dan mengembangkan posisi permainan tradisi/ rakyat dalam konteks terkini sebagai kekuatan sosial, dengan tetap sadar akan sejarah, tradisi, filosofis, dan perkembangan kontemporernya. Projek ini juga mendokumentasikan konsep-konsep lokal dengan menelusuri permainan-permainan rakyat hari ini. Permainan rakyat mengandung konsep-konsep yang bermakna dan berperan penting bagi kita dalam pembentukan pemahaman dasar tentang kehidupan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencatat, membaca, medokumentasikan, dan mengkritisi kembali permainan dulu dan kini. Pencatatan ini dirasakan menarik dan penting mengingat permainan sangat cepat berkembang sesuai zaman.
-Tulisan ini dipublikasikan dalam buku Catatan Proyek Bamain Bagurau
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
DI era 1990-an, kita belum mengenal permainan modern seperti Playstation, online game, internet, dan komputer. Anak-anak juga belum mengenal ponsel, apalagi smartphone. Televisi pu
Andaikan seseorang meminta saya membangun jembatan atau membuat tiang jemuran, bisa dipastikan tak butuh waktu lama bagi saya untuk menolaknya sebab saya tidak tertarik sama sekali
Manas ciek luh! adalah ungkapan anak-anak Minangkabau di dalam sebuah permainan. Ungkapan tersebut bertujuan untuk meminta jeda sejenak bisa jadi karena kelelahan, haus, kaki kesem
Nagari Pandai Sikek terkenal dengan kerajinan songket yang sangat diminati oleh wisatawan terutama wisatawan asing dan wisatawan dari luar Sumatra Barat. Nagari ini terletak di kak
Kota Bukittinggi adalah kota yang dikenal sebagai kota wisata. Ada banyak pilihan tempat yang bisa dihabiskan bersama keluarga. Ada kebun binatang Kinantan, Jam Gadang, Ngarai Sian
Pameran ini merupakan pertunjukan lukisan dan sketsa Harmen Moezahar yang mengambarkan suatu kecenderungan yang muncul secara global pada seluruh karyanya. Istilah teater yang dima
Seniman adalah manusia, selama hidupnya berlangsung dan jiwanya berkembang, sebagai manusia ia menjadi bagian dari masyarakat bahkan hasil dari masyarakat itu sendiri. Sejatinya ma
Bioskop Taman kali ini menampilkan salah satu film neorealis Italia karya Luchino Visconti yang berjudul La Terra Trema atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Bum