TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
December 2, 2018

Catatan Pemutaran Film Petualangan Sherina – Bioskop Taman

Meskipun sudah dewasa, bukan berarti kita juga mestinya menonton film-film untuk dewasa pula. Terlepas dari film dewasa yang penuh persoalan cinta-cintaan, atau film dengan isu-isu politik, sosial negara, agen-agen rahasia, atau film penuh intrik dan darah sekalipun, ternyata menonton film anak-anak menjadi hal yang menyenangkan. Kali ini bioskop taman menayangkan film semasa saya SD dulu, dan entah kapan trakhir kali menontonnya. Film Petualangan Sherina seolah menjadi ikon untuk mengenang masa kanak-kanak yang nakal dan menyenangkan. Saya rasa tidak ada yang tidak tau film musikan garapan Riri Riza tahun 2000 ini.

Menonton Petualangan Sherina di usia sekarang ini, rasanya seperti melihan album foto masa kecil, atau foto-foto lama yang tersimpan di folder komputer, atau album facebook. Terasa jadul, tapi lucu untuk diingat. Tak heran jika kami sangat menikmati Petualangan Sherina dan setiap lagu yang ada dalam film tersebut, seolah saya juga ikut berpetualang dalam memori masa kecil saya. Mengingat kembali ketika saya bermain layangan di pematang sawah, atau berlarian di kebun bambu sebelah rumah nenek dulu.

Meskipun sebenarnya cerita perualangan Sherina sangat sederhana, yaitu tentang Sherina seorang anak baru di sekolah Sadam, dan mereka merasa bersaing tentang siapa yang harusnya jadi jagoan di sekolah. Namun akhirnya mereka berteman akrab stelah Sherina berlibur ke villa milik keluarga Sadam, dan mereka berdua menjadi korban penculikan seorang konglomerat ibukota yang sedang melancarkan misinya untuk mendapatkan perkebunan keluarga Sadam yang sangat luas. Sherina yang berani menyelamatkan Sadam, dan membongkar otak dibalik penculikan Sadam.

Ternyata point dari cerita Petualangan Sherina menjadi topik yang menarik untuk didiskusikan. Ami mengungkapkan bahwa dalam Petualangan Sherina kita bisa melihat bagaimana sistem kapitalis bekerja, dimana tokoh Kertarajasa sang konglomerat dan Ses Natasya menjadi pelaku penculikan dalam film ini. Menurut Ami, jika kita simak Petualangan Sherina, bagaimana seorang anak kecil bisa meruntuhkan keserakahan seorang konglomerat yang melakukan tindak kejahatan demi keberhasilan proyeknya. Dan yang menariknya ketika kejahatan itu terkuak di depan media secara langsung. “Jika dilihat sekarang ini, rasanya itu adalah hal yang mustahil untuk dilakukan” ujar Ami. Menurutnya, hal ini semacam pesan atau harapan seorang Riri Riza yang terselip dalam film Petualangan Sherina, dimana mestinya kita sekarang yang tumbuh bersama Petualangan Sherina lebih berani melawan segala macam bentuk kejahatan sosial.

Menurut  Ogy, Petualangan Sherina yang cukup menarik perhatian di zamannya itu semacam pembaharuan untuk perjalanan perfilman Indonesia yang sempat merosot. Sebelum bermain di film, Sherina sudah terlebih dahulu mengeluarkan album pertamanya di tahun 1999. Menjadikan Sherina sebagai tokoh utama Petualangan Sherina, merupakan upaya Riri untuk menarik perfilman indonesia dari masa-masa terpuruknya. Ogy juga menambahkan, bahwa di tahu 1958 sudah ada film yang menjadikan anak-anak sebagai tokoh utama, yaitu film Jendral Kantjil di tahun 1958 garapan sutradara Nya’ Abbas Akup. Sebelum Jendral Kancil, ada tiga film karya Abbas Akup yang bertema komedi, hanya saja film-film tersebut kurang mendapat tempat di hati penonton. Saat itu, film-film yag dibanjiri penonton adalah film-film dewasa dengan sedikit adegan sensual.

Nanda juga menambahkan, bahwa Petualangan Sherina sudah memperlihatkan bagaimana demokrasi dalam keluarga di tahun 2000 tersebut. Seorang anak SD sudah memiliki hak untuk menyampaikan perasaannya kepada orang tua, tentunya supaya orangtua lebih memahami anak dalam proses mendidik dan tumbuh kembangnya. Petualangan Sherina bukan hanya sekedar film hiburan anak-anak, tapi film edukasi keluarga dimana bukan hanya anak, tapi juga penting untuk orang tua.

Melalui Petualangan Sherina, dapat dilihat bagaimana kontruksi gender dikalangan masyarakat moderen dan terpelajar. Sherina dengan latar belakang ayah seorang insinyur pertanian dimana juga sudah menempuh pendidikan setahun di Jepang, ibu seorang pengaran lagu dan hidup di kota, bukanlah seorang anak perempuan yang manja, dan penakut. Namun sebaliknya, karakter Sherina dibangun menjadi anak perempuan yang berani, senang berpetualang, dan tidak menangis ketika terluka. Sedangkan Sadam, dibalik kenakalanya, ternyata dia adalah anak laki-laki yang manja yang hidup dilingkungan pedesaan. Sherina menjadi sosok hero yang berani melawan orang dewasa sekalipun, dan karakter Sherina sendiri jelas tidak dibuat-buat. Ada semacam dobrakan-dobrakan yang dibentuk oleh Riri Riza dalam film musikalnnya ini.

Petualangan Sherina bukan hanya sekedar petualangan anak-anak yang menjelajah hutan dan meyelamatkan diri dari penculik yang meminta tebusan, lebih dari itu Petualangan Sherina menjadi pintu masuk untuk petualang yang lebih jauh dan lebih luas lagi, petualangan masa lalu dan masa depan. Petualangan tanpa batas ruang dan waktu.