TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
February 16, 2018

Pemutaran film Istirahatkanlah Kata-Kata karya Yosep Anggi Noen berkisah tentang Wiji Thukul, seorang tokoh yang fenomenal sebagai seniman dan aktivis yang menentang rezim orde baru. Berbeda degan film-film biopar lainnya seperti film Soekarno, R.A Kartini, atau yang lainnya, film ini mengambil bagian kecil kehidupan Wiji Thukul yang ternyata adalah konflik besar dalam hidupnya. Film ini bercerita masa dimana Wiji Thukul menjadi seorang buronan dan dalam masa pelarian ke Pontianak. Ia menjadi incaran rezim Soeharto karna gerakan dan tulisan-tulisannya. Hanya saja, film ini sepenuhnya menghadirkan sosok Wiji Thukul yang tertekan dan penuh kecemasan. Ketertekanan  yang dihadirkan terlihat jelas pada visual-visual dalam film ini. Pengambilan long take, pergerakan kamera yang lambat, blocking yang mendominasi film, pembangunan suasana dan pembangunan karakter yang semakin menguakan keadaan batin yang terterkan.

Menggambil cerita tentang seorang tokoh bukanlah hal mudah. Tapi pemilihan plot cerita tertentu tentang kehidupan seseorang tentu sesuatu yang lumrah dalam penggarapan sebuah karya seni. Hal tersebut berkaitan dengan apa yang ingin dihadirkan, dan disampaikan oleh sebuah  film.

Setelah pemutaran selesai, maka diteruskan dengan sesi diskusi. Film ini mendapat berbagai tanggapan dari para penonton yang kebanyakan adalah aktivis dan pembaca sejarah. Beberapa penonton mengatakan bahwa film ini di luar ekspektasi mereka tentang sosok seorang Wiji Thukul.  Ada juga asumsi yang mengatakan bahwa film ini menjadi fatal karena pemilihan latar, kurangnya pendalaman karakter sorang Wiji Thukul, serta beberapa ketimpangan realitas yang tampak dari film ini. Selain itu juga ada pendapat yang menyatakan bahwa film ini nonsense dan cerita terkesan fiksi, karena dari awal film yang hadir bukanlah Wiji Thukul, tapi tokoh yang bernama Paul, dan nama Wiji Thukul hanya hadir ketika ia bertemu istrinya.

Film ini bukanlah jawaban dari bagaimana sosok Wiji Thukul sebenarnya, namun film ini menjadi pemicu untuk mencari tahu lagi tentang sosok Wiji Thukul si penulis puisi Istirahatkanlah Kata-Kata tersebut. Di luar perdebatan tentang Wiji Thukul itu sendiri, menurut saya, sebagai sebuah karya seni, film ini dapat dikatakan berhasil, karena film ini mampu menghadirkan wacana baru yang tentunya dapat dikembangkan lebih luas lagi. Layaknya sebuah karya seni yang memberi seribu pintu representasi, film ini sukses memberi ruang pada penonton untuk memperluas wacana dan menyimpulkan sendiri.

*dimuat di buletin Himpunan Mahasiswa Seni Rupa Universitas Negeri Padang Edisi #4 Februari 2018

anggy rusidi

Shelter Utara, Siteba

Jumat, 16 Februari 2018.

Categories: review