Pasar yang Gelisah
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
22 Juni 2017, Ladang Rupa kembali mengadakan kegiatan tahunan di bulan Ramadhan yang bertajuk “Takjilart #2”, kegiatan ini digagas kembali oleh penggiat aktif di Ladang Rupa, diantaranya Benny Saputra, Luthfi Alfaris, dan Agung Sefitra. Kegiatan ini diselenggarakan bertujuan untuk mengkritisi dan mengartikulasikan ruang publik dalam karya seni, sekaligus silaturrahmi penggiat yang aktif menyampaikan pesan positif kepada publik yang ada di Kota Bukittinggi, beberapa konten dari kegiatan ini, diantaranya menghadirkan pertunjukan musik tradisi dan populer, performance art, diskusi, dan pemutaran film.
Sembari menunggu azan, kegiatan dimulai dengan penampilan tambua tasa yang berkolaborasi dengan performance art, bertemakan “Respond To Object” (mersepon objek), kegiatan performance art kali ini diinisiasi oleh Botrex Performance Club, sebuah platform baru di Forum Ladang Rupa yang merujuk pada studi dan praktik performance di Sumatera Barat, kali ini menghadirkan seniman lokal, Beny Syahputra dan Sastra Hadi Kusuma, mereka di tantang merespon objek yang ada di sekitar, guna menciptakan kemungkinan-kemungkinan yang hadir dalam jelajah artistik mereka. Performance ini berjudul “Dikejar Nafsu”, mereka merespon bakul, lakban, plastik, lilin, hingga bebunyian yang timbul pada gandang tambua tasa.
Setelah sirine berbunyi, kami berbuka bersama, lalu kegiatan dilanjutkan dengan pertunjukan tambua tasa dan performance art, dan dilanjutkan dengan diskusi pengenalan kelompok tambua tasa bersama Iif, ia mengatakan, “komunitas ini merupakan gagasan kreatif pemuda Jambu Air, ini merupakan wujud dari pelestarian tradisi lokal yang ada di minangkabau, kelompok ini dalam masa perkembangan, dan setiap malam kami berkumpul, latihan dan berdiskusi bersama”.
Dan berlanjut pada bicang-bincang performance art yang sebelumnya ditampilkan Beny dan Sastra, Sastra menyampaikan, “performance ini terdiri dari tiga bahagian, waktu yang kami ambil itu sebelum berbuka, ketika berbuka, dan sesudah berbuka, kami mengajak audiens untuk terlibat didalamnya, disini kami lebih berempati tentang nafsu, sampai dimana manusia itu bisa membatasinya”. Beberapa warga turut menonton penampilan yang ditampilkan, dan warga sangat antusias menyaksikan hingga selesai, kegiatan ini jarang dinikmati oleh warga, biasanya tambua tasa dan performance art hanya dapat dinikmati pada acara tertentu. Reaksi warga pun beragam, ada yang memperhatikan dan ada juga yang bertanya-tanya pada teman yang disampingnya tentang kegiatan ini.
(tonton video Botrex Performance di sini)
Sebelum menayangkan film, kami mebicarakan tentang artikulasi ruang publik kota dan karya seni, saya dan Anggy membuka wacana selaku MC, hingga perbincangan meluas ke beberapa audiens yang hadir, space kota seharusnya diberdayakan bersama tangan-tangan kreatif warga. Warga mempunyai peran dalam membangun daerah secara kolektif, sebab isu lokal yang hadir menarik untuk diperhatikan, dikritisi maupun dicermati oleh warga, mereka secara tidak langsung ikut berperan didalamnya, ruang publik yang ada di Bukittinggi seperti pasar, taman kota, trotoar yang kurang diperhatikan baik dari segi estetika maupun kebersihan, beberapa situs budaya dibiarkan begitu saja , salah satunya penjara lama yang juga berseberangan dengan bioskop eri, sangat disayangkan tempat bersejarah yang seharusnya menjadi situs cagar budaya, di biarkan tidak terurus, begitupun Bioskop Eri sebagai ruang sinema yang tidak diberdayakan.
Seperti biasanya, pada kegiatan Takjilart yang diadakan Ladang Rupa kali ini, juga turut andil Bioskop Taman, sebuah divisi Ladang Rupa yang fokus pada penayangan dan edukasi melalui film, kali ini menanyangkan empat filem pendek karya Adryas Putra dan teman-teman mahasiswa filem Institut Kesenian Jakarta (IKJ), filem yang ditayangkan mempunyai isu dan genre yang berbeda, Adryas lebih membawa audiens untuk mengkritisi film yang produksinya, dan ia juga menyampaikan efektifitas antara filem panjang dan filem pendek.
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
DI era 1990-an, kita belum mengenal permainan modern seperti Playstation, online game, internet, dan komputer. Anak-anak juga belum mengenal ponsel, apalagi smartphone. Televisi pu
Andaikan seseorang meminta saya membangun jembatan atau membuat tiang jemuran, bisa dipastikan tak butuh waktu lama bagi saya untuk menolaknya sebab saya tidak tertarik sama sekali
Manas ciek luh! adalah ungkapan anak-anak Minangkabau di dalam sebuah permainan. Ungkapan tersebut bertujuan untuk meminta jeda sejenak bisa jadi karena kelelahan, haus, kaki kesem
Nagari Pandai Sikek terkenal dengan kerajinan songket yang sangat diminati oleh wisatawan terutama wisatawan asing dan wisatawan dari luar Sumatra Barat. Nagari ini terletak di kak
Kota Bukittinggi adalah kota yang dikenal sebagai kota wisata. Ada banyak pilihan tempat yang bisa dihabiskan bersama keluarga. Ada kebun binatang Kinantan, Jam Gadang, Ngarai Sian
Pameran ini merupakan pertunjukan lukisan dan sketsa Harmen Moezahar yang mengambarkan suatu kecenderungan yang muncul secara global pada seluruh karyanya. Istilah teater yang dima
Seniman adalah manusia, selama hidupnya berlangsung dan jiwanya berkembang, sebagai manusia ia menjadi bagian dari masyarakat bahkan hasil dari masyarakat itu sendiri. Sejatinya ma
Bioskop Taman kali ini menampilkan salah satu film neorealis Italia karya Luchino Visconti yang berjudul La Terra Trema atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Bum