Pasar yang Gelisah
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
Seperti biasa, sekretariat Ladang Rupa kedatangan tamu-tamu kecil dari perumahan sekitar. Sudah biasa mereka bertandang setiap sore setelah istirahat dan makan siang sepulang sekolah. Melakukan berbagai hal menyenangkan dengan teman-teman se-gank, bermain, membolak-balik halaman buku di rak, mencoret-coret kertas. Gemas sekali melihat antusias mereka yang tinggi kalau diajak menggambar bersama.
Mengisi Minggu pagi ini, 22 Mei 2016, kami mengajak anak-anak itu merakit dan menggambar layang-layang dalam live craft LAYANG CERITA. Mulai dari jam 10 pagi, Benoik (nama ganteng: Benny Saputra), salah satu rekan kita membimbing mereka merakit layang-layang, terutama menggunakan peralatan untuk meraut buluh. Bukan layang-layang biasa, kami mengambarnya dengan bentuk-bentuk kesukaan. “Layang-layang, man!” seru mereka.
Kenapa layangan, Ben? “Anginnyo sadang rancak… hahaha. Sebenarnya untuk seru-seruan saja, bernostalgia bersama anak-anak. Kita ingin menjemputkan keseruan di masa kecil dulu yang mainannya serba dibuat sendiri kepada mereka. Sebenarnya untuk anak-anak ini juga.”
Mas Ogy juga ikut meraut buluh. Nah, kenapa layangan Mas Ogy? “Melatih empati anak-anak ini, kalau mereka pasti bisa membuat layang-layang. Waktu kita dulu seumuran ini sudah bisa membuat layang-layang sendiri, membuat mobil-mobilan sendiri, kenapa mereka gak bisa kan? Selain itu kita mau membantu mereka merasa dalam membuat layang-layang itu. Meraut buluh, menimbang dengan benang, menempel, menggambar, menerbangkannya, terus merasa puas. kadang layangannya gagal diterbangkan, kemudian mereka belajar. Anak-anak ini kecil-kecil bagus dilatih ‘rasa’nya.”
Selain itu kata Mas Ogy, kita bisa mengembangkan layang-layang sebagai seni kontemporer karena craft sudah masuk ke ranah itu. Seniman bisa menampilkan ekspresi personalnya melalui craft. Anak-anak ini boleh mengekspresikan dirinya dengan mencoret-coret layangan mereka sendiri dengan gambar yang mereka suka.
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
DI era 1990-an, kita belum mengenal permainan modern seperti Playstation, online game, internet, dan komputer. Anak-anak juga belum mengenal ponsel, apalagi smartphone. Televisi pu
Andaikan seseorang meminta saya membangun jembatan atau membuat tiang jemuran, bisa dipastikan tak butuh waktu lama bagi saya untuk menolaknya sebab saya tidak tertarik sama sekali
Manas ciek luh! adalah ungkapan anak-anak Minangkabau di dalam sebuah permainan. Ungkapan tersebut bertujuan untuk meminta jeda sejenak bisa jadi karena kelelahan, haus, kaki kesem
Nagari Pandai Sikek terkenal dengan kerajinan songket yang sangat diminati oleh wisatawan terutama wisatawan asing dan wisatawan dari luar Sumatra Barat. Nagari ini terletak di kak
Kota Bukittinggi adalah kota yang dikenal sebagai kota wisata. Ada banyak pilihan tempat yang bisa dihabiskan bersama keluarga. Ada kebun binatang Kinantan, Jam Gadang, Ngarai Sian
Pameran ini merupakan pertunjukan lukisan dan sketsa Harmen Moezahar yang mengambarkan suatu kecenderungan yang muncul secara global pada seluruh karyanya. Istilah teater yang dima
Seniman adalah manusia, selama hidupnya berlangsung dan jiwanya berkembang, sebagai manusia ia menjadi bagian dari masyarakat bahkan hasil dari masyarakat itu sendiri. Sejatinya ma
Bioskop Taman kali ini menampilkan salah satu film neorealis Italia karya Luchino Visconti yang berjudul La Terra Trema atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Bum