Pasar yang Gelisah
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
Wajah, dari penjelasan singkat dalam KBBI adalah bagian depan dari kepala atau apa-apa yang tampak lebih dulu dan menandai identitas sesuatu. Yang tampak secara fisik pada wajah dan biasanya dianggap cukup untuk menilai sebuah kesan, apakah itu menyenangkan, ramah, lembut, keras, seram, dan sebagainya. Kenyataannya wajah tak selalu cantik dan mulus atau apapun itu yang biasa dianggap ideal. Bisa saja sisinya rusak, berjerawat, keriput, atau codet. Maka dilakukan berbagai upaya demi sebuah wajah yang ideal itu, boleh lah kita misalkan make-up. Namun berbagai kendala dan keterbatasan kadang membuat wajah (terpaksa) tampil apa adanya.
Dalam rentangan waktu, secara fisik wajah kota Bukittinggi terus berubah. Teknologi, sosial budaya, pemerintahan, pertumbuhan penduduk, mempengaruhi kebutuhan masyarakat yang terus berubah dan terus mengubah wajah kota. Begitupun usia kota, musim dan cuaca turut mengubah tekstur pada wajah kota. Dari perubahan yang signifikan hingga yang tak disadari terus berlangsung.
Perubahan wajah kota menjadi yang sekarang tak lepas dari sejarah kota Bukittinggi yang tumbuh dari lalu lintas perdagangan dan pusat pertahanan kolonial pada abad ke-19. Latar belakang sejarah ini telah mendorong perkembangan bentuk fisik kota. Beberapa bangunan masih menyisakan jejak-jejak sejarah yang mempunyai arti dalam perubahan wajah Kota Bukittinggi, seperti deretan toko Los Saudagar, Benteng Fort de Kock, Jam Gadang, dan Istana Negara. Perkembangan itu juga didukung potensi alam dan objek wisata yang menjadikannya kota wisata.
Wajah Kota Bukittinggi adalah apapun itu yang menandai identitasnya, apakah bentuk fisiknya, karakter masyarakatnya, julukan kota wisata, peristiwa-peristiwa signifikan yang terjadi di sana, pemerintahan sebagai bagian integral di dalamnya dan lain-lain. Pameran Wajah Kota merupakan potongan-potongan pengamatan wajah Kota Bukittinggi dengan berbagai dimensinya melalui kacamata seni yang tertuang dalam 40 karya anggota Ladang Rupa. Melalui kaca mata seni hal-hal yang direspon oleh seniman mengenai wajah kota Bukittinggi ditampilkan kembali menjadi sebuah relitas baru yang membawa beragam wacana. Begitupun juga bagaimana masyarakat memahami setiap karya, dan membaca wajah kota ini dengan cara seni.
Dinamika Pedagang Pasar Atas Bukittinggi hingga Lesunya Aktivitas Pasar Sejak Pembangunan Baru Jantung Kota. Di hari pertama menginjakan kaki di kampung halaman, beberapa teman yan
DI era 1990-an, kita belum mengenal permainan modern seperti Playstation, online game, internet, dan komputer. Anak-anak juga belum mengenal ponsel, apalagi smartphone. Televisi pu
Andaikan seseorang meminta saya membangun jembatan atau membuat tiang jemuran, bisa dipastikan tak butuh waktu lama bagi saya untuk menolaknya sebab saya tidak tertarik sama sekali
Manas ciek luh! adalah ungkapan anak-anak Minangkabau di dalam sebuah permainan. Ungkapan tersebut bertujuan untuk meminta jeda sejenak bisa jadi karena kelelahan, haus, kaki kesem
Nagari Pandai Sikek terkenal dengan kerajinan songket yang sangat diminati oleh wisatawan terutama wisatawan asing dan wisatawan dari luar Sumatra Barat. Nagari ini terletak di kak
Kota Bukittinggi adalah kota yang dikenal sebagai kota wisata. Ada banyak pilihan tempat yang bisa dihabiskan bersama keluarga. Ada kebun binatang Kinantan, Jam Gadang, Ngarai Sian
Pameran ini merupakan pertunjukan lukisan dan sketsa Harmen Moezahar yang mengambarkan suatu kecenderungan yang muncul secara global pada seluruh karyanya. Istilah teater yang dima
Seniman adalah manusia, selama hidupnya berlangsung dan jiwanya berkembang, sebagai manusia ia menjadi bagian dari masyarakat bahkan hasil dari masyarakat itu sendiri. Sejatinya ma
Bioskop Taman kali ini menampilkan salah satu film neorealis Italia karya Luchino Visconti yang berjudul La Terra Trema atau jika diterjemahkan kedalam bahasa Indonesia menjadi Bum