TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
January 18, 2020

Seniman adalah manusia, selama hidupnya berlangsung dan jiwanya berkembang, sebagai manusia ia menjadi bagian dari masyarakat bahkan hasil dari masyarakat itu sendiri. Sejatinya masyarakat banyak mempengaruhi masyarakat lainnya, dan masyarakat adalah segelintir dari manusia yang ada di dunia, dan sejarah perkembangan dunia dilihat dari sosial kultur masyarakat itu, dengan kata lain sejarah kesenian berproses dari masyarakat dan bahwasannya sejarah seni tak lepas dari proses kreatif dari masyarakat itu, bagaimana proses itu tumbuh melalui masyarakat itu sendiri. Begitu pula jiwa seni awalnya mendapat pengaruh, serta mendapat penguatan dari lingkungannya sendiri (lokal) dan kesatuan dari lingkungan itu ialah masyarakatnya. Jika cita-cita seniman sudah berkolaborasi dengan citacita masyarakat, niscaya ciptaan seniman akan bercorak dengan lokalitas atau identitas dari masyarakat, fenomena ini menggambarkan adanya suatu kesinambungan antara individu dan kolektifitas dengan kesadaran yang penuh dari nawacita masyarakat tersebut, bisa jadi ia merepresentasikan suatu realitas atau rekaman tersendiri dengan diiringi oleh pemikiran yang dianggap perlu untuk dikritisi. Hal yang menarik dari Harmen Moezahar adalah semangat kerja budaya yang ia bangun di tengah sepinya nagari Koto Gadang dan penerimaan masyarakat yang masih awam akan bentuk-bentuk kesenian baru. Selama dua tahun, Harmen bersama Sanggar Balai Budaya Oesman Effendi berusaha mengaktifasi kembali gedung milik Oesman Effendi yang telah mati sejak tahun 1985. Sanggar ini bertahan hingga tahun 2017 dan kemudian vakum karena permasalahan SDM.

Kini nasib gedung milik Oesman Effendi dipertanyakan. Bagaimana niat mulia Oesman Effendi yang ingin menumbuhkan seni dari kampung dilanjutkan penerusnya bisa begitu sulit? Namun, dalam kesendirian itu Harmen Moezahar tetap berkarya. Setiap hari setidaknya seniman serba-bisa ini membuat dua sketsa. Harmen masih aktif melukis, bermain musik, dan menulis naskah teater. Agaknya semangat ini yang memantik ketertarikan Ladang Rupa untuk mengadakan pameran tunggalnya. Tanpa bisa dilepaskan dari romantisme perjalanan berkeseniannya, pameran ini bersifat persuasif untuk mengadopsi semangat berkesenian Harmen Moezahar. Layaknya seorang bapak yang mendongengkan kerja sosialnya lewat cerita-cerita di sketsa, Harmen akan menampilkan sandiwara lukisan dan sketsa dalam Teater “Memori.

-Tulisan ini disusun sebagai pengantar Pameran Teater “Memori” Harmen Moezahar Solo Exhibition oleh Ogy Wisnu Suhandha selaku Manager Program

Categories: catatan program