TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
May 24, 2016

Iklim Kesenian Sumatera Barat tengah mengalami perkembangan yang baik. Perkembangan itu ditandai pertumbuhan jumlah kelompok seni  dan aktifitas kelompok yang bermunculan di daerah-daerah. Aktifitas ini diiringi dengan terselenggaranya beberapa pameran dan perhelatan seni di berbagai daerah beberapa tahun belakangan. Pergerakan ini diwarnai semangat berkesenian yang dibawa kelompok-kelompok. Beberapa diantaranya seperti  Kelompok Teras di Padang Panjang, Ladang Rupa di Bukittinggi, Komunitas Gubuak Kopi di Solok, dan kelompok-kelompok daerah lainnya.

Semangat yang dibawa kelompok-kelompok ini berangkat dari keinginan untuk menghidupkan iklim kesenian di daerahnya masing-masing. Selama ini, Kota Padang sebagai basis pergerakan seni di Sumatera Barat menjadi pusat penyelenggaraan berbagai perhelatan seni. Pasalnya selain memiliki Taman Budaya sebagai fasilitator penyelenggaraan berbagai perhelatan seni dalam rangka  menjaga entitas seni dan budaya, Padang merupakan penghasil seniman dan pekerja seni dari sekolah kejuruan dan institusi pendidikan seni. Barangkali ketidaktersediaan ruang dan sumber daya manusia menjadi salah satu penyebab lambatnya aktifitas kesenian di daerah. Menanggapi kondisi itu, kelompok-kelompok ini bergerak dengan menciptakan ruang-ruang alternatif baik untuk berkegiatan maupun menanggulangi masalah ketersediaan galeri. Selain itu, beberapa kelompok bergerak untuk menepis anggapan bahwa sebuah pameran harus terselenggara dibawah manajemen galeri seperti Taman Budaya, dan membuktikan bahwa mereka mampu berpameran secara mandiri.

Beberapa waktu belakangan semangat berkesenian itu dirasakan kian membara. Intensitas pergerakan kelompok semakin terlihat dengan berbagai praktik berkesenian yang dilaksanakan di daerah. Peningkatan aktifitas berkesenian itu ditandai dengan terselenggaranya tiga pameran dalam seminggu pada tiga daerah di Sumatera Barat untuk pertama kali. Tiga pameran tersebut; Kekirian Kekinian oleh Kelompok Teras di Koto Baru, Merupa yang diadakan HMJ Seni Rupa UNP, dan Moods of May yang diadakan Komunitas Gubuak Kopi di Solok.

Pameran Kekirian Kekinian oleh Kelompok Teras diselenggarakan dari tanggal 29 hingga 30 April 2016 lalu di Galeri Sarang Gagak, Koto Baru Padang Panjang. Pameran ini menampilkan karya-karya seni rupa seperti lukisan, drawing, instalasi, dan lain-lain. Diselenggarakan di tepi jalan lintas kota, berbagai pertunjukan musik tradisional dan modern yang mengisi panggung di halaman galeri cukup menarik perhatian pengguna jalan untuk berhenti sejenak dan melihat-lihat ke dalam atau sekedar menoleh.

Hal yang unik dari pameran Kekirian Kekinian ini adalah pemanfaatan ruang yang tersedia sebagai galeri. Galeri di-display pada sebuah ruangan sederhana berlantai kayu. Karya-karya terpanjang bersanding apik dengan deretan sulaman di etalase toko kerajinan sulam yang tetap buka dan melayani pembeli selama pameran berlangsung. Pameran ini memanfaatkan ruang di sekitar toko  hingga ke ruangan belakang yang dulu berfungsi sebagai dapur. Kendati karya terpajang bersama deretan tungku dengan sisa-sisa pembakaran,  hal ini tidak menjadi persoalan. Justru kesan gelap dan kumuh mendukung suasana yang ditampilkan karya-karya pada dinding berlapis kertas semen itu. Kelompok Teras seperti menentang pandangan umum bahwa sebuah pameran harus diselenggarakan di dalam galeri dengan kesan megah dan eksklusif.

Menyusul pameran dari Koto Baru, HMJ Seni Rupa UNP mengusung sebuah pameran yang menjadi program tahunan dalam rangka menciptakan wadah berkegiatan dan belajar bagi mahasiswa baru. Pameran Merupa adalah sebuah pameran drawing  yang diselenggarakan dari tanggal 2 hingga 4 Mei di Galeri Fakultas Bahasa dan Seni UNP. Pameran ini diselenggarakan mahasiswa tahun pertama sebagai panitia inti dibawah bimbingan senior mereka untuk belajar bagaimana menyelenggarakan sebuah pameran seni rupa. Peran kampus sangat mempengaruhi  mereka –mahasiswa pelaku seni-  dalam berproses, sebagai langkah awal untuk belajar bagaimana menyelenggarakan sebuah praktik kesenian bahkan ketika memulai pergerakan di luar kampus.

Menurut Azumal selaku ketua panitia, pameran ini bertujuan untuk memberi wawasan kepada mahasiswa baru bagaimana menyelenggarakan sebuah acara. “Pencapaiannya lumayan lah… Kedepan masih banyak yang harus dibenahi lagi, harus tetap semangat untuk perbaikan. Peran HMJ sangat penting dalam hal ini karena HMJ berperan sebagai pendamping.”

Buruh dalam Perhelatan Seni di Kota Beras

Komunitas Gubuak Kopi telah hadir di tengah warga Solok sejak 2011 dengan berbagai upaya mendekatkan seni pada warga demi pengembangan pengetahuan seni dan media di Kota Solok. Upaya itu diwujudkan dalam berbagai praktik berkesenian yang dibawakan ke tengah masyarakat.  Salah satu kegiatan yang diprogramkan Gubuak Kopi adalah “kelas warga” yang berfokus pada distribusi pengetahuan seni dan media pada masyarakat. Sebagai sebuah kelompok studi nirlaba, praktik berkesenian yang diusung Gubuak Kopi selama beberapa tahun terakhir menunjukkan kepedulian yang begitu tinggi terhadap edukasi warga Solok khususnya dalam bidang seni.

Mencoba menyalakan bara berkesenian, Komunitas Gubuak Kopi untuk kali pertama menghelat sebuah pameran dan pagelaran seni pada tanggal 5-7 Mei lalu. Perhelatan yang bertajuk “Moods of May” mencoba merespon fenomena perburuhan dan kapitalisme sebagai bentuk peringatan Hari Buruh Dunia yang jatuh setiap tanggal 1 Mei  melalui media seni. Selama tiga hari, perhelatan seni ini dirangkai kegiatan pertunjukan musik, performance art, pembacaan puisi, pemutaran film, dan pameran seni rupa yang dikuratori oleh Fadlan Fahrozi.

Komunitas Gubuak Kopi memberi suatu perspektif baru pada warga “kota beras” ini dalam memaknai Hari Buruh yang selalu diwarnai aksi  demonstrasi buruh di berbagai daerah. “Tujuannya untuk megenalkan pada masyarakat bahwa perayaan hari buruh tidak harus dimaknai dengan orasi dan turun ke jalan. Jadi bertepatan dengan hari buruh ini, Gubuak Kopi berinisiatif membuat sebuah acara pameran dan pagelaran seni, jadi masyarakat tau. Gubuak Kopi menjadikan seni sebagai medianya” demikian penjelasan M. Riski selaku ketua pelaksana.

Dengan dihelat di tengah pemukiman warga, pameran Moods of May memanfaatkan ruangan sekretariat KGK sebagai galeri alternatif yang beralamat di Jalan Yos Sudarso 427 kelurahan Kampung Jawa Kota Solok. “Respon masyarakat kampung jawa lai lah… karena acara seperti ini pertama bagi mereka. Perhelatan seni dengan pameran dan pagelaran seperti ini baru sekali. Biasanya acara pemutaran film. Masyarakat cukup penasaran untuk melihat-lihat ke dalam. Bahkan diapresiasi materil dengan bantuan tenda, alat-alat musik, dan perlengkapan lainnya” papar Riski.

Menjaga Nyala Bara

Hingga kini beberapa kelompok sedang “memasang kuda-kuda”, persiapan untuk kegiatan yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat. Tersiar kabar tentang bulan Juli hingga September yang akan dipadati perhelatan seni di berbagai daerah, bahkan diselenggarakan oleh ‘aliansi’ beberapa kelompok. Pertanyaannya adalah bagaimana kita terus menjaga semangat itu dengan terus berkesenian dan saling mendukung. Gotong royong adalah ciri khas kita yang harus selalu mewarnai setiap pergerakan demi suasana kesenian yang tetap hangat, menyelimuti Sumatera Barat.

Categories: Blog