TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA TULISAN KAWAN KITA
June 29, 2017

Background pink mentereng, batang pohon dengan iklan sedot wc dan seranting dedaunan, lukisan ini memanjang mendominasi bidang dinding. Salah satu karya yang terpajang dalam pameran Matrilini di Taman Budaya Sumatera Barat ini awalnya tidak begitu menarik perhatian saya – tidak sebelum saya mengeja nama Syahrial Yayan di bawahnya.  “Wah, begini ya lukisan realis Syahrial Yayan?” pikir saya. Tiga bulan yang lalu karya beliau terpajang di galeri yang sama pada pameran Tambo dari komunitas Kampuang Sakato. Ada tulisan-tulisan dan tumbuhan dalam pot yang terkesan naif, begitu saya mengenali lukisan-lukisan beliau. Kali ini hadir dengan warna yang ceria menantang dan pendekatan realis.

Syahrial Yayan atau yang akrab disapa Da Yan, alumni jurusan Seni Rupa UNP yang masih sering dijumpai ngopi di kantin jurusan. Tanggal 26 Agustus 2016 lalu untuk pertama kali saya berkesempatan mengobrol dengan Da Yan di depan karyanya. Grogi sekali sebenarnya, karena Da Yan yang saya dengar dari senior-senior menjadi sosok yang saya idolakan.

Syahrial Yayan – Tunas Baru

Lukisan bejudul Tunas Baru ini hadirkan dalam pameran matrilini dengan tema Motherland atau ranah bundo yang menghimpun karya-karya yang tumbuh dari inspirasi alam minangkabau. Namun lukisan ini tidak mengisyaratkan sebuah landscape (pemandangan) dengan tanpa adanya kesan ruang pada latar belakang. Da Yan melukis batang pohon secara vertikal pada bidang kanvas dengan posisi landscape yang cukup panjang, sehingga menyisakan bidang kanvas cukup luas untuk ‘hanya’ menjadi background. Komposisi yang tidak biasa. Lagi pula, lukisan ini terkesan jorok dengan tulisan “wc”, yang mungkin sulit dijadikan hiasan ruangan. Walaupun demikian, ada harmoni pada kesan keseluruhan yang Da Yan berikan.

Tunas Baru adalah salah satu bentuk keselarasan yang tercipta dari dua elemen berbeda yang ada di alam. Bagi Da Yan berbagai fenomena yang ditemukan di alam mengisyaratkan keselarasan yang menarik untuk diangkat dalam bentuk artistik. Tumbuhnya tunas di masa kini bisa menjadi sesuatu yang mendukung untuk kehidupan berikutnya, dan menunjang benda -seperti iklan sedot wc- untuk tampil. Dua buah elemen berbeda yang tampil akan menghadirkan keharmonisan.

Apa yang ada di alam terbentuk dari susunan-susunan elemen. Sebuah lukisan misalnya, terbentuk dari susunan cat yang pula terbentuk dari susunan zat tertentu dan susunan lukisan membentuk sebuah pameran. Demikianlah, seni pun terbentuk dari susunan-susunan. Seorang muslim akan berpikir bagaimana karyanya bermanfaat untuk dunia dan akhirat. Mungkin dari sebuah karya seni saja tidak akan tercapai, tetapi bisa jadi lewat hasilnya. Hasil dari karya seni akan menghantarkan seseorang pada suatu pemahaman misalnya tentang cara berkeluarga atau cara berpikir. Ketika seseorang sampai pada pemahaman bahwa seni pada hakikatnya adalah cara menjalani hidup, dia akan menyadari bahwa lukisan atau karya seni adalah elemen terkecil dari seni itu sendiri.  Disanalah letak keselarasannya.

Bagi Da Yan, kualitas sebuah karya bukan terletak pada ‘bagus’ atau ‘jelek’, melainkan koneksi antara seniman dengan karya, serta karya dengan penikmat. Keselarasan itu akan terjadi ketika karya seni dibuat tanpa ada tekanan dalam diri seniman, dan dapat dinikmati orang lain dan si seniman. Nilainya terletak pada rasa senang, nyaman dan bahagia saat membuatnya, dan secara global terletak pada keselarasan. Walaupun belum tentu juga Da Yan bahagia, namun kualitas itulah yang dituju. Bila seni adalah cara individu menjalani hidup, maka itulah yang menjadi tujuannya-rasa senang.

Categories: review